Perbedaan Right Issue dengan Private Placement

Perbedaan Right Issue dengan Private Placement

Perbedaan antara right issue dan private placement berkaitan dengan metode dan penerimaan investor dalam memperoleh saham perusahaan. Ketika akan terjadi penerbitan saham, perseroan harus menentukan arah. Apakah akan dilakukan dalam bentuk right issue atau sebagai private placement.

Dalam mengambil keputusan tersebut, perlu dipertimbangkan apakah pemegang saham memiliki cukup modal untuk menyediakan investasi yang cukup bagi perusahaan.

Jika terdapat masalah yang sangat besar dan perlu dilakukan pengumpulan dana yang signifikan, maka private placement tidak cukup efektif. Dalam kasus seperti itu, maka right issue dapat menjadi pilihan yang lebih tepat.

Perbedaan Right Issue dan Private Placement

Right issue dan private placement pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Tujuannya yaitu mengumpulkan dana dengan cepat untuk meningkatkan modal perusahaan. Keduanya melibatkan penerbitan saham baru sehingga jumlah saham beredar di publik bertambah. Misalnya dari 1 miliar saham menjadi 2 miliar saham.

Namun, antara right issue dengan private placement memiliki perbedaan. Untuk memahami perbedaan keduanya, Anda perlu memahami lebih dalam terkait konsep right issue dan private placement berikut.

Pengertian Right Issue

Right issue adalah penawaran hak kepada pemegang saham perusahaan untuk membeli saham tambahan langsung dari perusahaan dengan harga diskon.[1] Penerapan right issue terjadi saat perusahaan merencanakan ekspansi operasional dan membutuhkan modal dalam jumlah besar.

Dalam situasi tersebut, perusahaan cenderung memilih pendanaan melalui ekuitas daripada utang. Tujuannya untuk menghindari pembayaran bunga tetap. Sebab, right issue dapat menjadi cara yang lebih cepat untuk meningkatkan modal ekuitas.

Proyek yang memiliki biaya tinggi sering kali mendorong perusahaan untuk meningkatkan modal melalui right issue.

Selain itu, right issue juga kerap dipilih perusahaan dalam situasi ingin meningkatkan rasio utang terhadap ekuitas, atau perusahaan yang ingin melakukan akuisisi perusahaan baru dapat mengambil pendanaan melalui right issue.

Keuntungan Right Issue

Right issue memberikan keuntungan yang signifikan bagi pemegang saham. Keuntungan right issue yakni pemegang saham memiliki kesempatan untuk meningkatkan kepemilikan dalam perusahaan dengan biaya yang lebih rendah.

Dalam hal ini, pemegang saham dapat membeli saham baru dengan menggunakan hak mereka sesuai dengan proporsi kepemilikannya. Selain itu, right issue juga menguntungkan perusahaan karena mengurangi biaya yang terkait dengan penerbitan saham publik. Misalnya biaya penjaminan emisi dan biaya iklan.

Dengan hanya menawarkan saham kepada pemegang saham yang ada, perusahaan dapat menghemat sejumlah besar uang. Sementara itu, pemegang saham dapat mempertahankan proporsi kepemilikan mereka dalam perusahaan.

Meskipun tidak selalu dijamin, right issue memberi pemegang saham kesempatan untuk mempertahankan eksposur mereka terhadap perusahaan tanpa risiko dilusi.

Contoh Right Issue

Salah satu contoh perusahaan yang mengambil keputusan right issue adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Secara resmi, BBTN telah memulai masa pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau exercise right pada 28 Desember 2022 hingga 5 Januari 2023.

Hal ini merupakan salah satu tahap penting dalam aksi korporasi rights issue II BBTN senilai Rp 4,13 triliun. Dalam aksi korporasi ini, pemerintah akan menggunakan haknya dengan menyetor tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,48 triliun.

Setelah right issue BBTN, dengan asumsi seluruh investor melaksanakan haknya, porsi kepemilikan saham pemerintah tetap 60%. Sebagai pemegang saham pengendali BBTN, pemerintah telah menyetor dana sebesar Rp 2,48 triliun sejak hari pertama perdagangan rights. Ini berarti 60% dari target right issue telah tercapai.[2]

Contoh kedua yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). BRIS melakukan right issue pada akhir tahun 2022 dengan menerbitkan 4,99 miliar saham seri B.[3] Pada saat right issue BRIS dimulai, terjadi transaksi crossing saham BRIS di bawah harga pasar.

Yang awalnya Rp1.000 per saham, harga transaksinya menjadi Rp 1.100 per saham. Sementara nilai transaksi sebesar Rp1,59 triliun. Saham BRIS di pasar reguler ditutup dengan penurunan 6,67% menjadi Rp 1.120 per saham.

Baca juga: Private Placement: Cara Efektif untuk Mendapatkan Pembiayaan

Pengertian Private Placement

Private placement adalah penjualan saham atau obligasi kepada investor dan institusi yang dipilih sebelumnya, tidak kepada publik di pasar terbuka.[4]

Tindakan ini merupakan opsi alternatif bagi perusahaan yang ingin mengumpulkan modal untuk ekspansi sebagai pengganti penawaran umum perdana (IPO). Program ini diatur oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS sesuai dengan Peraturan D.

Investor yang diundang untuk berpartisipasi dalam private placement, antara lain investor individu yang memiliki kekayaan yang cukup besar. Selain itu, bank dan lembaga keuangan, reksa dana, perusahaan asuransi, serta dana pensiun juga turut hadir.

Keuntungan Private Placement

Menggunakan private placement untuk mengumpulkan dana memiliki beberapa keuntungan. Pertama, Anda dapat memilih investor sendiri. Artinya, meningkatkan kemungkinan untuk menemukan investor yang memiliki tujuan yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan Anda.

Investor yang dipilih dengan hati-hati dapat memberikan saran, bantuan bisnis, dan pendanaan yang berharga. Keuntungan lain adalah Anda tetap dapat menjaga status sebagai perusahaan swasta, tanpa harus melalui proses kompleks untuk go public.

Keuntungan private placement juga berupa fleksibilitas dalam hal jumlah dan jenis pendanaan yang dapat diperoleh. Anda dapat memilih kombinasi antara obligasi dan modal ekuitas, serta jumlah pendanaan yang bervariasi.

Selain itu, private placement memungkinkan Anda untuk menghasilkan pengembalian investasi dalam jangka waktu yang lebih lama. Investor private placement cenderung lebih sabar daripada investor lain yang memungkinkan perusahaan Anda untuk berkembang dengan lebih stabil.

Contoh Private Placement

Di Indonesia, perusahaan yang baru-baru ini melakukan private placement yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Private placement GOTO dilakukan dengan menerbitkan maksimal 118,44 miliar saham seri A. Artinya, GOTO potensial mendapatkan dana segar sebesar Rp 36,48 triliun.[5]

Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung kebutuhan modal kerja grup perusahaan. Selain itu, GOTO juga berencana melakukan right issue sebagai bagian dari rencana dual listing di bursa luar negeri seperti NYSE, NASDAQ, HKSE, SGX, atau LSE.

Contoh kedua dari PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), sebuah perusahaan tambang batu bara. Private placement BUMI dilakukan dengan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

BUMI akan menerbitkan 28.229 saham Seri C dengan nominal Rp50 per saham untuk membayar utang perusahaan. Aksi korporasi ini merupakan langkah terakhir dalam restrukturisasi utang yang hampir selesai dilunasi dari 2017.[6]

Mengambil keputusan untuk melakukan right issue atau private placement termasuk keputusan besar bagi perusahaan. Itulah sebabnya, tidak jarang pemimpin perusahaan memiliki konsultan pribadi untuk urusan bisnis. Jika Anda mencari konsultan bisnis profesional dan berpengalaman, Fidelitas Advisors jawabannya.

Fidelitas Advisors adalah jasa konsultan bisnis dan keuangan independen yang menawarkan layanan profesional, pelatihan eksekutif, dan konsultasi manajemen.

For any inquiries regarding your company's need

Call us at (021) 29333747
Email your enquiry to executive.assistant@fidelitas.co.id
or Register for your inquiries below:

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *