Mengenal Bisnis Keluarga di Indonesia: Tantangan dan Peluang

Mengenal Bisnis Keluarga di Indonesia: Tantangan dan Peluang

Tumbuh dan berkembang merupakan sebuah pencapaian yang harus diperjuangkan terutama bagi sebuah bisnis keluarga dalam rangka memastikan generasi selanjutnya dapat dapat memimpin bisnis kearah pertumbuhan dan keberlanjutan yang sinergis.

Perkembangan Bisnis Keluarga di Indonesia

Pertumbuhan bisnis keluarga di Indonesia berkembang sangat pesat. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh PwC, 65% dari anggota bisnis keluarga generasi selanjutnya “NextGen” optimis prioritas utama adalah pertumbuhan bisnis. Dari penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa NextGen menyadari jika bisnis keluarga saat ini membutuhkan pendekatan dan keterampilan baru dalam rangka mendorong pertumbuhan yang mengarah pada keberlanjutan bisnis di masa depan.

Saat ini kita berada di tahun dimana bisnis keluarga harus mulai mengubah langkah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan lingkungan, karena jika hal tersebut tidak dilakukan bisnis keluarga memiliki resiko tertinggal. Menurut survei PwC Global 2.801 pemilik bisnis keluarga dimana 75 responden berasa dari indonesia. Dalam survei tersebut meskipun 55% responden melihat bahwa bisnisnya dapat memimpin dalam hal keberlanjutan. Tetapi, hanya 37% yang sudah menetapkan strategi.

Pertumbuhan Bisnis Keluarga di Indonesia

Berdasarkan survei tersebut, pertumbuhan bisnis keluarga relatif baik terutama di masa pandemi saat ini. Sekitar 46% responden mengatakan bahwa bisnis mereka akan mengalami penurunan penjualan bahkan saat pandemi terjadi. Tetapi, responden optimis pada kemampuan bisnisnya dapat bertahan dan mengalami pertumbuhan pada tahun 2021 dan 2022.

Pertumbuhan bisnis keluarga di indonesia memiliki pertumbuhan yang berbeda. Pada tahun 2022 93% cukup ambisius bahwa bisnis mereka akan mengalami pertumbuhan. Sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 65% berharap mengalami pertumbuhan dalam bisnisnya.

Jika dilihat dari performa kinerja, bisnis keluarga di indonesia pada tahun keuangan terakhir sebelum pandemi sebanyak 51% mengalami pertumbuhan dan 25% mengalami penurunan penjualan. Sehingga diperkirakan 60% bisnis keluarga di indonesia akan mengalami penurunan disebabkan pandemi. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dari rata rata global yaitu 46%.[1]

Baca juga: Cost of Capital: Pengertian, Urgensi, Formula dan Contohnya

Tata Kelola Bisnis Keluarga di Indonesia

Manajemen bisnis keluarga di Indonesia dikenal memiliki tingkat kepercayaan, transparansi, dan komunikasi yang tinggi. Meski demikian, survei menunjukkan bahwa hanya 51% bisnis keluarga di Indonesia yang memiliki visi yang selaras mengenai arah perusahaan. Sebagai akibatnya, dua pertiga bisnis keluarga di Indonesia merasa sulit menjalankan nilai-nilai perusahaan atau keluarga mereka secara konsisten.

Jika melihat dari sisi manajemen hanya 41% bisnis keluarga yang menuangkan nilai dan misinya dalam bentuk tertulis. Jika melihat rencana suksesi bisnis keluarga kedepannya, 31% mengklaim telah memiliki rencana suksesi yang kuat, terdokumentasi dan dikomunikasikan dibandingkan rata rata global sebanyak 30%.

Konflik Bisnis Keluarga di Indonesia

Seperti yang kita ketahui, bisnis keluarga merupakan bisnis yang didalamnya memiliki dua atau lebih anggota keluarga yang ikut andil dalam pengelolaan bisnis tersebut.

Dalam proses berjalannya sebuah bisnis keluarga tentu akan hadir konflik didalamnya. Dalam kasusnya di Indonesia secara umum konflik yang terjadi adalah konflik peran. Konflik peran keluarga memiliki 3 jenis yaitu:

  1. Konflik yang berdasar pada kepentingan bisnis dan kepentingan keluarga. Jika didefinisikan nilai dalam bisnis bersifat melihat keluar, sehingga pertimbangan yang muncul di dalamnya merupakan hal yang bersifat komitmen, profesionalitas, dan kinerja. Sedangkan nilai keluarga bersifat melihat kedalam, sehingga sebuah keputusan diambil berdasarkan emosi dan perasaan.
  2. Next Generation Issue. Secara normatif konflik anggota keluarga ini menyentuh pada ranah distribusi kepemimpinan. Generasi pertama atau pendiri perusahaan enggan mengalihkan kepemimpinan pada generasi selanjutnya karena faktor kepercayaan. Menurut survei PwC Lebih dari 80% bisnis keluarga di Indonesia mengakui konflik keluarga terjadi di dalam bisnis.[2]
  3. Menurut Peter Englisch: “Keharmonisan keluarga bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng, itu harus dikerjakan dan direncanakan dengan fokus dan keahlian yang sama seperti strategi bisnis dan keputusan operasional. Regulator di seluruh dunia masih mengkhawatirkan suksesi bisnis keluarga, terutama mengingat sepertiga dari perusahaan generasi pertama, kedua, atau ketiga mengharapkan generasi berikutnya menjadi pemilik mayoritas dalam lima tahun ke depan.[3]
For any inquiries regarding your company's need

Call us at (021) 29333747
Email your enquiry to executive.assistant@fidelitas.co.id
or Register for your inquiries below:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *