Penyebab dan Contoh Bisnis Keluarga yang Gagal di Indonesia

Berbagai konflik kerap menghantui kebutuhan bisnis keluarga, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Hubungan keluarga yang awalnya harmonis dan solid bisa saja berujung pecah kongsi karena sesuatu hal.

Ada banyak kasus bisnis keluarga yang gagal di Indonesia dengan berbagai penyebabnya. Untuk menghindari hal tersebut, mari simak beberapa contoh bisnis keluarga yang gagal di Indonesia beserta penyebabnya.

Contoh Bisnis Keluarga yang Gagal di Indonesia

Salah satu kasus bisnis keluarga yang mengalami kegagalan yang menjadi sorotan publik yaitu Sinar Mas Group. Dilansir dari Warta Ekonomi, tepatnya pada pertengahan Juli 2020, setelah Freddy Widjaja yang merupakan anak dari Eka Tjipta Widjaja melakukan gugatan atas hak waris kepada lima saudara tirinya.

Terdapat 12 aset Sinar Mas Group yang digugat olehnya dengan total nilai mencapai Rp672,62 triliun.[1] Selain kasus di atas, ada lagi bisnis keluarga yang gagal, yaitu ayam goreng Suharti. Setelah menjalankan usaha bersama selama 30 tahun, pasangan suami-istri, Bambang Sachlan Praptohardjo dan Suharti akhirnya memutuskan untuk bercerai. Karena perceraian tersebut, bisnis yang mereka bangun bersama akhirnya ditutup.

Konflik lain juga pernah melanda Blue Bird taksi, dimana antara kakak beradik berujung saling gugat ke pengadilan pada sekitar tahun 2004.[2] Bukan hanya itu, beberapa kasus lainnya juga menimpa sejumlah bisnis keluarga di negara lain. Seperti kasus perebutan warisan generasi kedua keluarga Samsung Group, Korea Selatan yang terjadi pada 2014, konflik warisan keluarga Gucci di Italia, dan kasus perebutan harta keluarga India Reliance Industries pada 2012 lalu.

Baca juga: Siapakah Pemegang Perusahaan Keluarga Terbesar di Indonesia?

Penyebab Bisnis Keluarga Gagal dan Cara Menghindarinya

Menurut peneliti strategi transformasi dan inovasi PPM School of Management Wahyu T Setyobudi dalam tulisan Ekbis Sindo News, konflik seringkali terjadi pada bisnis keluarga karena memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

Menurutnya, seiring berjalannya waktu, visi yang awalnya sama dan menjadi penyatu kekuatan antar keluarga untuk mencapai tujuan bersama lama kelamaan akan luntur karena ego yang dimiliki masing-masing, lalu menyebabkan konflik. Kondisi tersebut biasanya dialami oleh sebagian besar perusahaan.

Mengutip laporan Harvard Business School 2012, bahwa sebanyak 70% perusahaan keluarga gagal diwariskan ke generasi kedua,[3] dalam penelitian Lansberg, hanya kurang dari 30% perusahaan atau bisnis keluarga yang selamat pada generasi kedua. Bahkan hanya 10% yang bisa berlanjut ke generasi ketiga, dan hanya 3% di atas tiga generasi.[4]

Menurut Wahyu, hal tersebut merupakan proses alamiah dan wajar, sehingga setiap perusahaan keluarga perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi konflik keluarga.

Berdasarkan pandangan pengamat bisnis, Yuswohady mengungkapkan agar karakter perusahaan keluarga lebih kompleks, setidaknya ada tiga bentuk pengelolaan. Pertama adalah pengelolaan bisnis secara profesional. Kedua, keluarga yang terlibat sebagian atau seluruhnya pada posisi tertentu. Ketiga, berbentuk ownership atau saham yang dibagi.

Oleh karena itu, mulailah perencanaan sukses dari sekarang. Sayangnya, perencanaan sukses yang tepat umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Jika Anda benar-benar ingin bisnis Anda bertahan setelah transisi atau kematian, penting bagi Anda untuk mulai mempersiapkannya lebih awal.[5]

Bagi Anda yang memiliki usaha bersama keluarga, sebaiknya saran dari para pengamat di atas perlu dijadikan pegangan dan diimplementasikan. Jangan sampai sistem yang dijalankan tidak tepat hingga pada akhirnya mengakibatkan konflik serta membuat usaha yang telah dirintis puluhan tahun menjadi hancur. Beberapa contoh bisnis keluarga yang gagal di Indonesia ini bisa dijadikan pelajaran berharga supaya hal tersebut tidak terjadi pada bisnis Anda.

For any inquiries regarding your company's need

Call us at (021) 29333747
Email your enquiry to executive.assistant@fidelitas.co.id
or Register for your inquiries below:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *